Review Food Processor Philips HR7310 - Parutan (2)​

Daftar Isi

Kali ini, kita masih mencoba fitur parutan yang ada food processor Philips HR 7310, yang dibandrol dengan harga sekitar Rp 800.000 (pada saat artikel ini ditulis). 

Di artikel , kita sudah mencoba 5 bahan makanan. Mudah-mudahan bahan makanan yang Anda cari hasilnya, ada di artikel ini.

Jika sudah baca artikel sebelumnya atau tahu cara pasang komponen, bisa langsung lihat hasil parut keju cheddar.

Daftar Isi

Pemasangan

Pertama-tama pasang dulu semua komponen yang dibutuhkan. Untuk menggunakan fitur parutan, kita menggunakan cakram 2 fungsi.

  1. Posisikan pisau parutan di bagian atas.
  2. Letakkan poros pemutar ke bagian dasar wadah.
  3. Pasang cakram 2 fungsi (posisi pisau parut menghadap ke atas) pada poros pemutar.
  4. Tutup wadah hingga rapat (jika tidak rapat mesin tidak berputar saat dinyalakan).

Keju Cheddar

Keju parut kerap digunakan untuk membuat berbagai jenis kreasi makanan, seperti: topping pizza, cheese stick (biasanya butuh keju parut super banyak untuk campuran adonan & taburan), dll. Namun, memarut keju ini ‘tricky’ karena jika terlalu lama dipegang tangan, tekstur keju cenderung berubah (mudah lembek). 

Jika menggunakan food processor, suhu keju cenderung terjaga karena tidak bersentuhan dengan pengantar panas (tangan). 

Simak foto di bawah ini untuk gambaran lebih jelas proses memarut, sisa keju di atas cakram, dan juga hasil parutannya.

Pepaya Muda

Berikutnya, kita mencoba untuk memarut pepaya muda yang sering ditumis untuk lauk makan atau dibuat isian pempek pistel. Kalau di Jawa, biasanya pepaya muda dijual utuh, kayak pepaya California.

Di pasar di daerah Sumatera Selatan, banyak pedagang yang menjual pepaya muda yang sudah diparut. Tapi sebagian orang ragu untuk beli yang sudah diparut karena biasanya pepaya tidak dicuci sebelum dikupas.

Berikut proses memarut, pepaya muda yg tersisa di bagian atas, dan hasil parutannya:

Nanas

Mungkin ada yang bertanya-tanya: “ngapain nanas diparut? Kenapa nggak diblender aja biar cepat

Jika dilihat secara kasat mata, hasil blender dengan parutan mungkin tampak mirip tapi setelah matang (jadi selai nanas) teksturnya sedikit berbeda. Selai nanas yang dibuat dengan cara diparut, umumnya memberi kenikmatan lebih, karena masih ada serat-serat nanas pada saat dimakan. 

Bagi yang mau membuat selai nanas dengan cara diparut, berikut hasilnya. Ada sedikit nanas yang terisa di atas cakram.

Hasilnya parutan sendiri, bentuknya cair dengan ada sedikit serat-serat nanas.

Coklat Batangan

Memarut coklat bisa dibilang susah-susah gampang karena, seperti yang kita ketahui, coklat ini mudah leleh, apalagi jika terkena panas – termasuk panas dari tangan kita.

Padahal, aplikasi coklat parut ini cukup banyak, khususnya sebagai topping dalam berbagai jenis dessert. Coklat parut juga sering digunakan untuk hiasan kue favorit sepanjang masa: black forest cake. 

Untuk itu, kita tertarik untuk mencoba memarut coklat dengan menggunakan food processor.

Sejujurnya, hasil coklatnya agak hancur dan kurang panjang. Nggak begitu cocok dipakai jadi hiasan black forest 😭

Jahe

Marut jahe ini juga susah karena bentuknya nggak beraturan dan juga cenderung berair. Sayang, di food processor ini hanya ada 1 ukuran parutan dan hasil parutannya cenderung halus. Jadi, buat Anda yang berencana beli food processor hanya untuk bikin acar jahe (seperti yang biasa ada di restoran Jepang), sepertinya perlu diurungkan. 

Biar gak penasaran, berikut hasilnya:

Kesimpulan

Menggunakan fitur memarut yang ada di food processor Philips HR 7310 ini membuat urusan dapur jadi lebih mudah. Selain konsistensi hasil, waktu yang diperlukan juga lebih singkat. Apalagi, jika dibandingkan menggunakan parutan manual, jari-jari tangan kita rawan terkena parutan.

Untuk aplikasi di berbagai bahan makanan dengan tekstur keras, hasilnya selalu bagus. Sedikit catatan untuk mengolah bahan makanan yang memiliki kandungan air cukup tinggi, biasanya hasilnya cenderung lembek, seperti hasil parutan jahe dan nanas di atas.

All rights reserved. AturRumah © 2021